UtamaSosialBudayaHumaniora

Selamat Datang... Anda sekarang berada di bagian Budaya pada Fajar Maverick blog

Kamis, 21 Agustus 2008

Budaya Yang Semakin Hilang....



Beberapa waktu lalu Reog yang berasal dari Ponorogo sempat diakui sebagai budaya negara tetangga kita - Malaysia, dimana Reog kita diakui dengan nama Barongan, tapi tarian dan aksesorisnya hampir mirip sekali dengan Reog Ponorogo. Kebanyakan dari masyarakat kita sekarang ini kurang menghargai budaya sendiri.

Dulu waktu saya kecil masih suka menonton ketoprak Siswo Budoyo atau Wahyu Budoyo atau nonton acara Ludruk di TVRI Jawa Timur. Saya masih sempat menikmati acara-acara yang sarat dengan budaya-budaya lokal.

Buktinya apa masyarakat kita kurang mengapresiasi budaya sendiri? Gampang saja... silahkan lihat acara TV sekarang ini, hampir semua statiun TV hanya mengejar rating dan sangat jarang menampilkan acara-acara yang menampilkan budaya-budaya lokal.

Kita masih diuntungkan sekarang ini masih punya beberapa TV lokal yang giat menampilkan acara-acara yang sarat dengan budaya-budaya lokal. Tapi tetap saja masyarakat kita cenderung lebih memilih acara-acara yang jauh dari nilai budaya lokal. Kita dijajah 350 tahun oleh belanda dan 3,5 tahun oleh jepang. Banyak sekali percampuran budaya atau proses akulturasi budaya pada saat itu.

Pada saat ini proses akulturasi budaya berkembang sangat cepat, hal ini didukung dengan adanya media komunikasi massa yang sangat cepat. Di Indonesia televisi merupakan media yang sangat efektif untuk menyebarkan informasi. Sayangnya content atau acaranya kebanyakan tentang budaya bangsa lain. Kita lebih senang nonton film luar negeri seperti spiderman atau film lokal yang bertema budaya pop, daripada acara budaya lokal... ya itu kenyataan yang ada di masyarakat kita.

Yang patutkita takut 20 hingga 30 tahun kedepan mungkin bahasa lokal (bahasa daerah atau mungkin bahasa Indonesia...) sudah tidak digunakan lagi. Kadang orang malah malu menggunakan bahasa lokal dikira tidak maju dan katro. Siapa yang mau belajar Gamelan Jawa dan tembang-tembang klasik Jawa atau budaya lokal lainya. Karena saya orang Jawa saya pemerhati kondisi budaya Jawa yang semakin lama semakin ditinggalkan oleh orang Jawa sendiri. Pada saat yang sama bangsa lain seperti orang Kanada, Jerman, Polandia, Jepang, Australia bahkan Amerika ada yang belajar tentang gamelan Jawa dan tembang-tembang Jawa, banyak orang Jawa yang malah meninggalkan budayanya dan malah ikut budaya barat.

Paling tidak kita tahu dan mendukung budaya-budaya kita. Walaupun kita tidak harus bisa memainkan semua alat musik dari daerah kita atau tembang-tembang lokal yang ada. Tapi kita paling tidak mencintai budaya kita, bahasa kita dan tembang-tembang daerah kita. Kalau bisa lebih dari budaya-budaya dari bangsa lain.

Saya setuju jika budaya memang berkembang sesusai dengan perkembangan peradaban manusia. Karena peradaban akan berganti dan berubah atau mengalami proses akulturasi. Tetapi pertanyaan yang patut kita ungkapkan dan pertanyakan pada orang lain bahkan pada diri kita sendiri "apakah kita ini mau jadi bangsa yang berkarakter atau bangsa yang ikut-ikutan aja ma budaya bangsa lain?" Budaya lokal merupakan potensi pariwisata yang sangat potensial jika di jaga dan dilestarikan.

Tidak ada komentar: