Pariwisata Surabaya jangan hanya diarahkan pada wisata sungai atau pembangunan monumen-monumen sejarah, namun harus lebih fokus pada pemeliharaan gedung-gedung tua yang banyak telantar. Dimana sebagian besar wisatawan mancanegara, terutama dari Eropa paling menyukai arsitek gedung-gedung tua berikut sejarahnya. Tidak ada wisman yang mau mengeluarkan banyak uang datang ke
Wisata sungai yang berulang kali didengungkan Pemerintah Kota Surabaya telah menghabiskan biaya yang luar biasa besar, akan tetapi kurang didukung kesadaran dari seluruh warga
Monumen-monumen bersejarah yang banyak dibangun oleh Pemerintah Kota, hanya menghabiskan dana pemerintah saja. Sementara monumen-monumen itu tidak cukup kuat untuk menarik minat wisatawan. Berbeda halnya jika pemerintah membangun monumen-monumen itu, diikuti dengan pemeliharaan gedung-gedung tua. Hal tersebut akan menjadi wisata sejarah yang terintegrasi, saling mengisi. Apalagi bila pemerintah menghidupkan kembali trem yang pernah ada. Tidak perlu panjang cukup tiga gerbong, dan tidak usah operasional. Jadikan trem itu sebagai restoran makanan
Dalam pemeliharaan gedung-gedung tua tersebut, sebenarnya pemerintah bisa mengajak swasta untuk melakukannya. Seperti halnya mengajak untuk tidak membangun gedung baru yang tinggi, tetapi menempati gedung-gedung tua itu. Dengan hal tersebut semua diuntungkan, pihak swasta tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk membangun gedung baru, sementara bagi pemkot
Pembangunan gedung-gedung baru di daerah kota tua, seperti Kembangjepun, Jembatan Merah, Jalan Semut, dan sekitarnya sangat mengganggu nilai artistik dari daerah tersebut. Banyak turis yang kecewa karena Jembatan Merah yang sangat terkenal itu, tidak didukung oleh suasana kuno di sekitarnya. Banyak gedung baru di sekitar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar